Sulawesi Barat, 16 Juni 2025 –Hari Penyu Laut Sedunia diperingati setiap 16 Juni, bertepatan dengan ulang tahun Dr. Archie Carr, “bapak biologi penyu”, untuk meningkatkan kesadaran global akan kelangsungan hidup penyu laut. Peringatan ini menjadi momentum penting karena enam dari delapan spesies penyu laut kini masuk kategori terancam punah akibat polusi, aktivitas pesisir, dan perdagangan ilegal.
Penyu laut—makhluk purba yang telah ada jutaan tahun—memegang peranan vital dalam menjaga ekosistem laut, seperti mengontrol vegetasi lamun dan mendukung rantai makanan. Namun, hanya satu dari seribu telur penyu yang mampu bertahan hingga dewasa, di mana mereka menghadapi ancaman prosti plastik, pembangunan pantai, dan perburuan.
Berbagai organisasi konservasi dan komunitas lokal di Indonesia telah mengambil langkah konkret. Misalnya, Festival Penyu di Pantai Mampie, Sulawesi Barat, melibatkan pelepasan tukik, penanaman mangrove, dan edukasi masyarakat. Ketua Sahabat Penyu, Muhammad Yusri, menyebut kegiatan ini “kampanye nyata demi pelestarian satwa laut yang hampir punah”.
“Kami mendesak masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama menjaga habitat penyu dan mengurangi plastik sekali pakai,” ujar Dr. Rina Suryani, ahli konservasi laut.
Momentum Hari Penyu Laut Sedunia diharapkan mendorong aksi kolektif dari pemerintah, komunitas, dan masyarakat umum—mulai dari kampanye bersih pantai hingga edukasi digital. Upaya konservasi ini bukan hanya melindungi penyu, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem laut demi generasi masa depan.