Jackiecilley.com – Banjir yang menerjang Sumatera baru-baru ini mengakibatkan kematian seekor gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh. Banjir tersebut tidak hanya menewaskan ratusan manusia, namun juga meluluhlantakkan habitat satwa tersebut, menambah kekhawatiran akan dampak alih fungsi lahan.
Gajah tersebut ditemukan terperangkap di tumpukan kayu dan lumpur. Menurut Profesor Dr. drh. Raden Wisnu Nurcahyo, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM), hal ini menunjukkan pentingnya perlindungan habitat bagi satwa liar. Ia menegaskan bahwa kerusakan habitat berimbas pada kelangsungan hidup berbagai spesies flora dan fauna. “Hilangnya habitat karena aktivitas manusia otomatis juga membuat flora dan fauna ikut menderita,” katanya dalam sebuah wawancara.
Banjir yang disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit telah mengakibatkan fragmentasi habitat gajah. Penyelidikan menunjukkan bahwa gajah yang terpaksa berpindah ke pemukiman warga untuk mencari makanan dan tempat aman semakin terdesak. Habitat gajah yang sudah terancam oleh eksploitasi lahan kini semakin parah, dengan lahan yang sebelumnya menjadi habitat asli kini dijadikan untuk pertambangan dan pembangunan infrastruktur.
Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, Wisnu menyarankan perlunya tindakan konservasi yang lebih ketat. Ia menekankan bahwa area di Sumatera harus dilindungi dari pembukaan lahan baru, terutama untuk kelapa sawit. “Ketentuan melarang pembukaan lahan untuk kelapa sawit di Aceh perlu segera diterapkan,” tegasnya.
Pembalakan liar dan penggunaan lahan untuk komoditas ekonomi tidak hanya mengancam gajah, tetapi juga seluruh ekosistem. Keberlangsungan hubungan antara manusia dan satwa liar harus menjadi prioritas agar bencana serupa tidak terulang.