Jakarta, 14 Juni 2025 – Pemerintah Indonesia berambisi menyelesaikan perundingan kesepakatan perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan Uni Eropa 2026 paling lambat akhir Juni 2025. Kesepakatan ini diharapkan mulai berlaku pada periode 2026 hingga 2027, membuka peluang tarif nol untuk sekitar 80 persen produk ekspor unggulan seperti kelapa sawit (CPO), tekstil, hingga hasil laut.
Menteri Perdagangan, Agus Wiryawan, mengatakan bahwa implementasi kesepakatan ini merupakan momentum besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus mendorong penguatan posisi produk Indonesia di pasar Eropa.
“Kami optimistis kesepakatan ini bisa mendorong ekspor nasional secara signifikan. Terbukanya tarif nol untuk komoditas utama akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional,” ujar Agus kepada media di Jakarta, hari ini.
Selain itu, kesepakatan FTA juga diyakini akan menggenjot investasi Eropa di sektor strategis seperti energi terbarukan, semikonduktor, dan pengolahan mineral. Menurut pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Bima Pratama, kerjasama ini memberikan keuntungan ganda bagi Indonesia.
“Investasi dari Eropa akan masuk lebih deras, terutama dalam sektor hijau dan teknologi tinggi yang memang sedang jadi prioritas. Ini tentu mendukung transisi ekonomi Indonesia menuju pertumbuhan yang lebih berkelanjutan,” jelas Bima.
Kesepakatan perdagangan bebas ini diprediksi akan mempererat hubungan dagang Indonesia–Eropa serta meningkatkan prospek ekonomi nasional secara jangka panjang. Pemerintah memastikan akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan perundingan tepat waktu.