Jakarta – Proses penyaluran beras impor oleh Perum Bulog telah mengikuti sistem FIFO (first in, first out), sebagaimana dijelaskan oleh Direktur Utama Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, dalam pernyataan yang disampaikan di Jakarta pada Selasa. Sistem ini bertujuan untuk menjaga kualitas beras serta mencegah kerusakan yang dapat merugikan negara.
Rizal menekankan bahwa sebelum beras impor dipasarkan, produk tersebut menjalani serangkaian pemeriksaan ketat. Proses pemeriksaan meliputi kebersihan, kemungkinan adanya kutu, serta uji kelayakan konsumsi agar produk aman bagi masyarakat. Ia menyatakan, “Jika beras tidak dikeluarkan, kualitasnya bisa menurun dan mengakibatkan kerugian.”
Setelah melewati tahap-tahap pemeriksaan, beras akan dibersihkan, dikemas, dan didistribusikan melalui berbagai skema, termasuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Rizal menambahkan bahwa sebagian besar beras impor sudah tersalurkan, dan stok yang tersisa di gudang kini semakin minim.
Dengan penyaluran yang diprioritaskan, Bulog berupaya mencegah penumpukan dan mendukung stabilitas harga di pasar, sesuai arahan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Meskipun belum ada data spesifik tentang jumlah stok beras impor yang tersedia, Rizal berjanji akan memeriksanya dan memberikan informasi lebih lanjut.
Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi, atau yang akrab disapa Titiek Soeharto, sebelumnya menyoroti pentingnya penerapan prinsip FIFO dalam manajemen stok beras. Dalam rapat bersama Kementerian Pertanian, ia meminta agar beras lama segera disalurkan untuk mencegah penurunan kualitas.
Dalam rangka transparansi dan tata kelola yang baik, Bulog memastikan bahwa semua langkah penyaluran beras impor sudah mengikuti prosedur yang ditetapkan.