Site icon herbberger.com

Tradisi mapag sri tetap digelar, kirab gunungan Jepara batal menuai kritik

Jawa, 18 Juni 2025 – Dua tradisi budaya yang menjadi ikon di Jawa kembali menjadi sorotan masyarakat. Di satu sisi, warga Desa Guwa Lor, Kabupaten Cirebon, masih menjaga tradisi mapag sri—ritual syukur menjelang panen padi—dengan menampilkan wayang kulit semalam suntuk. Di sisi lain, warga Desa Bangsri, Jepara, harus menelan kekecewaan karena kirab Gunungan Sedekah Bumi yang biasa digelar setiap tahun terpaksa dibatalkan.

Acara tradisi mapag sri di Cirebon diwarnai iring-iringan hasil bumi, doa bersama, dan pertunjukan budaya yang menjadi daya tarik warga sekitar. “Ini bagian dari rasa syukur kami kepada alam. Meski sederhana, kami tetap jalankan,” ujar Wahyu Suprapto, tokoh adat setempat.

Sementara itu, di Jepara, pembatalan tradisi kirab gunungan memicu perdebatan publik. Beberapa warga menyayangkan keputusan tersebut yang dianggap kurang menghormati warisan leluhur. “Kami memahami kondisi anggaran, tapi semestinya ada cara untuk tetap menjalankan tradisi walau dalam bentuk yang lebih hemat,” ungkap Siti Nurhasanah, warga Bangsri.

Pemerintah desa Bangsri berdalih bahwa keterbatasan dana menjadi alasan utama. Namun, ketiadaan partisipasi dari pihak luar juga turut mempersulit keberlangsungan acara budaya ini.

Pembatalan ini menimbulkan kekhawatiran akan semakin lunturnya budaya lokal di tengah modernisasi. Sebaliknya, konsistensi Desa Guwa Lor patut menjadi contoh dalam menjaga akar tradisi meski tanpa kemegahan.

Exit mobile version